Jakarta, Katakini.com - Memasuki bulan Muharam, semangat umat Islam untuk meningkatkan ibadah biasanya meningkat tajam. Momen awal tahun Hijriah ini kerap dimanfaatkan untuk memperbanyak amal saleh sebagai bentuk kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Muharam sendiri bukan hanya pembuka tahun dalam kalender Islam, melainkan termasuk salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan oleh Allah.
Di bulan ini, amal kebaikan dilipatgandakan dan larangan maksiat lebih ditekankan. Karena keistimewaannya, bulan ini dijuluki Syahrullah—Bulan Allah.
Salah satu hari yang paling menonjol di bulan ini adalah 10 Muharam, atau yang dikenal sebagai Hari Asyura. Banyak umat memaknainya secara spiritual, bahkan mengaitkannya dengan peristiwa penting dalam sejarah kenabian.
Namun, munculnya istilah seperti “sholat Asyura” belakangan ini memicu pertanyaan di kalangan umat. Apakah benar ada ibadah khusus dengan nama tersebut?
Menanggapi hal ini, KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya) menjelaskan melalui ceramah di kanal YouTube @albahjah-tv yang dikutip pada Jumat (11/7) bahwa tidak ada sholat sunnah bernama “sholat Asyura” dalam ajaran Islam.
“Gak ada sholat Asyura,” tegas Buya Yahya, sambil menambahkan bahwa tidak ditemukan dalil sahih dari Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan adanya ibadah khusus dengan nama tersebut.
Meski demikian, beliau menjelaskan bahwa salat sunnah umum tetap boleh dilakukan di Hari Asyura, seperti duha, tahajud, atau rawatib. Namun, menamai ibadah dengan istilah baru yang tidak memiliki dasar syariat dapat menyesatkan pemahaman umat.
Buya Yahya juga menyoroti istilah “istigfar Asyura”. Menurutnya, tidak ada bacaan istigfar khusus yang diajarkan Nabi Muhammad SAW untuk 10 Muharam. Meskipun memperbanyak istigfar tetap amalan baik, tidak perlu diberi label khusus yang tidak memiliki dasar agama.
Beliau mengingatkan bahwa memberi nama atau mengaitkan ibadah dengan waktu tertentu tanpa dalil bisa masuk dalam kategori bid’ah—yakni menciptakan praktik agama baru yang tidak berasal dari Rasulullah.
Misalnya, bersedekah di Hari Asyura adalah amal baik, namun menyebutnya “sedekah Asyura” bisa menimbulkan kesalahpahaman seolah-olah itu ibadah khusus yang dicontohkan Nabi.
Intinya, amal saleh tetap dianjurkan kapan saja, termasuk di Hari Asyura. Tapi umat diimbau untuk tetap mengikuti tuntunan syariat yang jelas dan tidak membuat istilah-istilah baru yang berpotensi menyimpang dari ajaran Islam.