• Sport

Bukan Soal Hormat Saja, Ini Alasan Selebrasi Dibatasi ke Mantan Klub

Vaza Diva | Kamis, 10/07/2025 07:01 WIB
Bukan Soal Hormat Saja, Ini Alasan Selebrasi Dibatasi ke Mantan Klub Ilustrasi - ini alasan mengapa pemain sepak bola enggan lakukan selebrasi ke mantan klub (Foto: sportingnews)

Jakarta, Katakini.com - Mencetak gol adalah tugas utama dan momen membanggakan bagi setiap pesepak bola. Tak heran, gol sering disambut dengan ekspresi yang meledak-ledak, bahkan tak jarang provokatif.

Akan tetapi, ada kalanya gol justru tidak dirayakan dengan gegap gempita, terutama jika tercipta ke gawang mantan klub.

Fenomena pemain yang memilih untuk menahan selebrasi setelah membobol gawang mantan timnya semakin umum terjadi. Ini menunjukkan bahwa emosi, etika, dan citra publik adalah bagian tak terpisahkan dari dunia sepak bola modern.

Banyak pemain memilih bersikap tenang setelah menjebol gawang tim yang dulu pernah mereka bela. Alasan di baliknya bukanlah karena kurangnya semangat atau kebahagiaan, melainkan demi menjaga hubungan baik dengan basis penggemar dan klub yang pernah menjadi tempat mereka tumbuh dan berkembang. Ini adalah bentuk penghormatan yang seringkali sangat dihargai oleh para suporter.

Berikut ini lima alasan utama yang biasanya menjadi pertimbangan pemain enggan melakukan selebrasi di depan fans klub mantan:

1. Rasa Hormat terhadap Klub dan Suporter

João Pedro dan Kingsley Coman memilih tidak merayakan gol ke gawang Fluminense dan PSG sebagai bentuk terima kasih kepada klub yang telah memberi mereka pijakan awal karier. Tidak merayakan adalah cara menjaga kehormatan dan kenangan baik.

2. Menghindari Konflik Emosional dan Citra Buruk di Media

Achraf Hakimi tak selebrasi usai membobol gawang Inter Milan dalam final Liga Champions 2025. Dia sadar, selebrasi bisa saja dipelintir sebagai bentuk balas dendam, dan lebih memilih sikap profesional yang meminimalkan drama media.

3. Menghindari Provokasi Balik dari Fans Lawan

Kasus Emmanuel Adebayor yang berlari seluruh lapangan dan selebrasi di depan fans Arsenal pada 2009 jadi contoh klasik selebrasi yang berbuntut panjang.

Aksinya berujung denda FA dan menjadi sorotan media selama berminggu-minggu karena dianggap provokatif dan tidak menghormati mantan klub.

4. Menjaga Hubungan Baik untuk Masa Depan

Beberapa pemain memilih diam karena masih membuka kemungkinan kembali ke klub lamanya, entah sebagai pemain atau dalam peran manajemen di masa depan. Selebrasi agresif dapat merusak jembatan yang telah dibangun selama bertahun-tahun.

5. Tekanan Sosial dari Sesama Pemain dan Pendukung

Ketika pemain seperti Nicolas Anelka merayakan golnya ke gawang PSG saat bersama Liverpool, banyak pemain senior dan publik sepak bola mengkritiknya.

Tekanan dari komunitas ini kadang lebih berat dibanding sanksi formal, membuat banyak pemain berpikir dua kali sebelum mengekspresikan diri berlebihan.