Jakarta, Katakini.com - Kabar duka menyelimuti dunia sepak bola setelah Diogo Jota, penyerang Liverpool, meninggal dunia dalam sebuah insiden kecelakaan tunggal.
Sebagai bentuk penghormatan, Liverpool dilaporkan resmi memensiunkan nomor punggung 20 yang pernah dikenakan Jota. Namun, tahukah kamu bahwa praktik "memensiunkan" nomor punggung ini bukanlah hal baru di jagat sepak bola?
Tradisi ini pertama kali dipelopori oleh tim raksasa Italia, AC Milan. Pada tahun 1997, Rossoneri membuat keputusan revolusioner dengan secara resmi menghentikan penggunaan nomor punggung 6, yang begitu identik dengan bek legendaris mereka, Franco Baresi.
Keputusan ini diambil sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kepemimpinan tak tergoyahkan Baresi, yang telah lebih dari dua dekade setia membela panji AC Milan.
Franco Baresi bukan sekadar pemain brilian; ia adalah ikon era keemasan Milan di bawah arahan pelatih Arrigo Sacchi dan Fabio Capello. Selama kariernya, ia sukses mempersembahkan enam gelar Serie A dan tiga trofi Liga Champions, serta menjabat sebagai kapten tim selama lebih dari sepuluh tahun.
Saat Baresi pensiun pada tahun 1997, klub tanpa ragu memutuskan bahwa nomor 6 tidak akan lagi dipakai oleh pemain lain. Langkah ini menjadikan AC Milan sebagai perintis penghargaan simbolis semacam ini dalam sepak bola modern.
Langkah berani AC Milan ini kemudian menginspirasi banyak klub besar di seluruh dunia untuk melakukan hal serupa.
Contohnya, Napoli memensiunkan nomor 10 untuk sang dewa sepak bola Diego Maradona, Inter Milan mengabadikan nomor 3 sebagai penghormatan bagi Javier Zanetti, dan Ajax Amsterdam melakukan hal serupa untuk legenda mereka, Johan Cruyff. Semua tindakan tersebut mengacu pada preseden yang telah ditetapkan oleh AC Milan dalam menghargai para pahlawan mereka.
Meskipun ada beberapa kasus di mana klub sempat berhenti menggunakan nomor tertentu sebelumnya, AC Milan adalah salah satu yang pertama secara resmi mendeklarasikan nomor sebagai "pensiun" dan menjadikannya bagian dari tradisi klub.
Hal ini menegaskan bahwa sepak bola bukan hanya tentang strategi dan gol, tetapi juga tentang memori abadi dan penghormatan tulus.
Nomor punggung dalam sepak bola seringkali menjadi lebih dari sekadar angka; ia adalah identitas, bahkan legenda. Ketika nomor itu dihentikan penggunaannya karena satu nama telah membuatnya tak lekang oleh waktu, kita tahu bahwa ada warisan tak ternilai yang telah ditinggalkan.