Jakarta, Katakini.com - Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, perangkat seperti smartphone dan tablet telah menjadi bagian dari keseharian, bahkan bagi anak-anak.
Namun, kemudahan akses ini kerap menimbulkan tantangan baru: anak menjadi rewel atau bahkan mengalami tantrum hebat ketika diminta berhenti menggunakan gadget. Tangisan keras, teriakan, hingga aksi berguling di lantai bisa saja terjadi, dan tak jarang membuat orang tua kewalahan.
Menghadapi kondisi ini tentu membutuhkan pendekatan yang sabar dan konsisten. Dengan strategi yang tepat, orang tua tetap bisa membantu anak mengelola emosinya.
Jadi, bagaimana cara terbaik mengatasi kemarahan si kecil saat harus berpisah dari layar gadgetnya?
Sebelum anak mulai bermain gadget, sepakati durasi penggunaannya. Gunakan pengatur waktu visual seperti timer dapur atau aplikasi khusus di gadget itu sendiri. Saat waktu habis, pastikan Anda konsisten untuk mengakhiri sesi. Hindari tawar-menawar atau membiarkan anak bermain lebih lama karena ini akan merusak batasan yang sudah dibuat. Kunci utamanya adalah konsistensi. Jika hari ini boleh diperpanjang, besok anak akan berharap hal yang sama.
Anak-anak butuh waktu untuk beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Sekitar 5-10 menit sebelum waktu bermain gadget habis, berikan peringatan transisi. Contohnya, "Nak, 5 menit lagi ya waktunya selesai main game. Setelah itu, kita mau baca buku." Peringatan ini memberi mereka kesempatan untuk mempersiapkan diri secara mental dan mengurangi kemungkinan terkejut atau marah saat gadget diambil.
Ketika tiba waktunya gadget disimpan, segera ajak anak melakukan aktivitas lain yang menarik dan menyenangkan. Misalnya, "Yuk, sekarang kita gambar pemandangan!" atau "Ayo bantu Bunda membuat kue!" Penawaran kegiatan alternatif yang menarik dapat membantu mereka melupakan kekecewaan karena harus berhenti bermain gadget dan mengalihkan energi negatif mereka ke hal yang positif.
Saat tantrum melanda, penting untuk memvalidasi perasaan anak tanpa menyerah pada tuntutan mereka. Katakan, "Mama/Papa tahu kamu sedih/marah karena harus berhenti main game. Itu wajar." Namun, setelah itu, tetap tegaskan batasan, "Tapi, waktunya sudah habis dan kita sudah sepakat. Gadgetnya kita simpan dulu ya." Ini menunjukkan Anda memahami emosi mereka, tetapi Anda tetap memegang kendali.
Menggunakan gadget sebagai hadiah atas perilaku baik atau ancaman untuk menghentikan perilaku buruk bisa menjadi bumerang. Anak akan mengasosiasikan gadget sebagai sesuatu yang sangat berharga dan sulit didapat, yang justru bisa memperparah tantrum. Gadget seharusnya menjadi bagian dari rutinitas yang terstruktur, bukan alat tawar-menawar.
Anak-anak adalah peniru ulung. Jika orang tua selalu terpaku pada gadget, anak akan melihatnya sebagai hal yang normal dan perlu ditiru. Tunjukkan perilaku yang seimbang dalam menggunakan gadget. Sisihkan waktu bebas gadget untuk berinteraksi dengan anak, bermain, atau melakukan kegiatan keluarga lainnya. Ini akan mengajarkan mereka pentingnya keseimbangan dan interaksi sosial di dunia nyata.
Tetapkan area atau waktu tertentu di rumah yang bebas gadget. Misalnya, tidak ada gadget saat makan bersama di meja makan, atau tidak ada gadget di kamar tidur setelah jam tertentu. Lingkungan yang bebas gangguan gadget dapat mendorong interaksi keluarga, meningkatkan kualitas tidur, dan membantu anak mengembangkan minat lain di luar layar.