• News

Dituduh Curi Rahasia Dagang, Huawei China harus Hadapi Tuntutan Pidana AS

Yati Maulana | Jum'at, 04/07/2025 12:05 WIB
Dituduh Curi Rahasia Dagang, Huawei China harus Hadapi Tuntutan Pidana AS Logo Huawei Technologies terlihat di ruang pamerannya, di konferensi Viva Technology di pusat pameran Porte de Versailles di Paris, Prancis, 15 Juni 2022. REUTERS

NEW YORK - Seorang hakim AS menolak tawaran Huawei Technologies untuk membatalkan sebagian besar dakwaan federal yang menuduh perusahaan telekomunikasi Tiongkok itu mencoba mencuri rahasia teknologi dari para pesaing AS, dan menyesatkan bank tentang pekerjaannya di Iran.

Dalam putusan setebal 52 halaman, Hakim Distrik AS Ann Donnelly di Brooklyn menemukan cukup banyak tuduhan dalam dakwaan berisi 16 tuduhan bahwa Huawei terlibat dalam pemerasan untuk memperluas mereknya, mencuri rahasia dagang dari enam perusahaan, dan melakukan penipuan bank.

Tuduhan Iran bermula dari dugaan kendali Huawei atas Skycom, sebuah perusahaan Hong Kong yang menjalankan bisnis di negara tersebut.

Donnelly mengatakan jaksa penuntut secara memuaskan menuduh Skycom "beroperasi sebagai anak perusahaan Huawei di Iran dan pada akhirnya memperoleh keuntungan, secara tidak langsung," dari lebih dari $100 juta transfer uang melalui sistem keuangan AS.

Huawei telah mengaku tidak bersalah dan telah berupaya untuk membatalkan 13 dari 16 tuduhan, dengan menyebut dirinya sebagai "target penuntutan yang mencari kejahatan."
Sidang dijadwalkan pada 4 Mei 2026, dan dapat berlangsung selama beberapa bulan.

Baik Huawei maupun pengacaranya tidak segera menanggapi permintaan komentar. Seorang juru bicara Jaksa Sementara AS Joseph Nocella di Brooklyn menolak berkomentar.

Kasus pidana tersebut dimulai selama masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump pada tahun 2018, tahun yang sama ketika Departemen Kehakiman meluncurkan Inisiatif Tiongkok untuk mengatasi dugaan pencurian kekayaan intelektual oleh Beijing.

Kepala Keuangan Huawei Meng Wanzhou, yang ayahnya mendirikan perusahaan tersebut, telah menjadi terdakwa, dan ditahan di Kanada selama hampir tiga tahun sebelum diizinkan kembali ke Tiongkok. Dakwaan terhadapnya dibatalkan pada tahun 2022.

Pada tahun 2022, pemerintahan Presiden Joe Biden membatalkan Inisiatif Tiongkok, setelah para kritikus mengatakan hal itu sama saja dengan diskriminasi rasial dan menimbulkan ketakutan yang menghambat penelitian ilmiah.

Berkantor pusat di Shenzhen, Huawei beroperasi di lebih dari 170 negara dan memiliki sekitar 208.000 karyawan.
Pemerintah AS telah membatasi akses Huawei ke teknologi Amerika sejak 2019, dengan alasan masalah keamanan nasional. Huawei menyangkal bahwa mereka adalah ancaman.