JAKARTA - Kelompok Palestina Hamas mengatakan pihaknya sedang mempelajari proposal baru untuk gencatan senjata sementara di Gaza, tetapi bersikeras pihaknya mencari kesepakatan yang akan mengakhiri perang Israel.
Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (2/7/2025) bahwa pihaknya telah menerima proposal dari para mediator dan sedang mengadakan pembicaraan dengan mereka untuk "menjembatani kesenjangan" untuk kembali ke meja perundingan dan mencoba mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Kelompok itu mengatakan mereka bertujuan mencapai kesepakatan yang akan mengakhiri perang Gaza dan memastikan penarikan pasukan Israel dari daerah kantong itu.
Pengumuman itu muncul sehari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan Israel telah menyetujui usulan gencatan senjata selama 60 hari di Gaza dan mendesak Hamas untuk menerima kesepakatan itu sebelum kondisi memburuk.
Donald Trump telah meningkatkan tekanan pada pemerintah Israel dan Hamas untuk menjadi perantara gencatan senjata dan kesepakatan bagi kelompok itu untuk membebaskan tawanan Israel yang ditahan di Gaza.
Donald Trump mengatakan periode 60 hari akan digunakan untuk mengakhiri perang – sesuatu yang menurut Israel tidak akan diterima sampai Hamas dikalahkan.
Donald Trump akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu minggu depan.
Namun pengumuman Hamas, yang menekankan tuntutannya agar perang diakhiri, menimbulkan pertanyaan tentang apakah tawaran terbaru tersebut dapat terwujud menjadi jeda pertempuran yang sebenarnya.
Tak lama setelah pernyataan Hamas, Benjamin Netanyahu mengatakan “tidak akan ada Hamas” di Gaza pascaperang.
Pejabat Israel telah memperingatkan bahwa militer negara itu akan meningkatkan operasinya di Gaza jika negosiasi gencatan senjata tidak segera maju, menurut kantor berita Axios yang berbasis di AS.
"Kami akan melakukan hal yang sama terhadap Kota Gaza dan kamp-kamp di pusat kota seperti yang kami lakukan terhadap Rafah. Semuanya akan berubah menjadi debu," kata media itu mengutip pernyataan seorang pejabat senior Israel.
"Itu bukan pilihan yang kami sukai, tetapi jika tidak ada gerakan menuju kesepakatan penyanderaan, kami tidak akan punya pilihan lain."
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengatakan setiap kesempatan untuk membebaskan tawanan yang ditahan di Gaza tidak boleh dilewatkan, seraya menambahkan bahwa ada banyak dukungan, baik di kabinet maupun masyarakat luas, atas proposal yang didukung AS tersebut.
Namun, usulan tersebut belum didukung secara publik oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich.
Hani Mahmoud melaporkan dari Kota Gaza, mengatakan warga Palestina tidak mempercayai Donald Trump dan telah kecewa beberapa kali oleh gencatan senjata yang gagal terwujud.
"Ada berita utama yang membicarakan tentang kemungkinan kesepakatan dan diakhirinya genosida, tetapi apa yang kita lihat di lapangan, kenyataan menunjukkan hal yang berbeda. Rata-rata 100 hingga 120 warga Palestina terbunuh setiap hari," katanya.
"Jadi bagi banyak orang, ada banyak kemunafikan yang terjadi. Jika Anda berbicara tentang gencatan senjata, maka Anda perlu menciptakan kondisi yang akan mengarah pada gencatan senjata, bukan eskalasi, dan apa yang kita lihat di lapangan jelas merupakan eskalasi."
Direktur rumah sakit terbunuh
Di Gaza, pasukan Israel menewaskan sedikitnya 67 orang pada hari Rabu, menurut otoritas kesehatan Palestina. Pejabat rumah sakit mengatakan empat anak dan tujuh wanita termasuk di antara korban tewas.
Di antara korban adalah Dr. Marwan al-Sultan, direktur Rumah Sakit Indonesia, yang tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah bangunan perumahan di daerah barat daya Kota Gaza, menurut rekan-rekan kami di Al Jazeera Arabic.
Istrinya dan anak-anaknya juga tewas dalam serangan itu.
Al-Sultan merupakan sumber informasi utama dari Gaza, yang melaporkan kondisi warga Palestina di wilayah utara yang terkepung tersebut.
Ia telah berulang kali meminta masyarakat internasional untuk mendesak keselamatan tim medis, termasuk ketika tentara Israel mengepung atau menyerang Rumah Sakit Indonesia, fasilitas medis terbesar di utara Kota Gaza.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 56.647 orang dan melukai 134.105 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.
Perang telah menghancurkan wilayah pesisir Palestina, dengan sebagian besar lanskap perkotaan rata dengan tanah akibat pertempuran.
Lebih dari 90 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi, seringkali berkali-kali. Perang telah menyebabkan krisis kemanusiaan di Gaza, mendorong ratusan ribu orang ke kondisi seperti kelaparan. (*)