• Sport

Bukan Sekadar Olahraga, Rivalitas Timnas dan Klub yang Dipicu Luka Sejarah

Vaza Diva | Selasa, 01/07/2025 22:30 WIB
Bukan Sekadar Olahraga, Rivalitas Timnas dan Klub yang Dipicu Luka Sejarah Ilustrasi - Iran dan Arab Saudi yang mempunyai konflik sampai dibawa ke lapangan hijau (foto: shutterstock.com)

Jakarta, Katakini.com - Sepak bola kerap dipuji sebagai olahraga yang menyatukan berbagai kalangan dan bangsa.

Akan tetapi di balik semangat persatuan itu, tak jarang bola justru menjadi panggung refleksi atas ketegangan politik, konflik bersenjata, hingga luka sejarah yang belum sembuh.

Pertarungan antarnegara di atas lapangan hijau bukan sekadar soal hasil pertandingan. Di banyak kasus, tensi tinggi dalam duel tersebut tercipta dari jejak kolonialisme, pertikaian ideologi, maupun memori kelam masa lalu yang masih membekas di benak publik.

Berikut ini lima rivalitas tim nasional dan klub yang berawal dari konflik:

1. Argentina vs Inggris

Salah satu contoh paling dikenal adalah duel klasik antara Argentina dan Inggris, yang memuncak dalam laga perempat final Piala Dunia 1986. Pertandingan itu dimainkan hanya empat tahun setelah Perang Falklands yang menewaskan lebih dari 900 orang.

Diego Maradona mencetak dua gol paling ikonik dalam sejarah, termasuk `Gol Tangan Tuhan` yang menuai kontroversi. Namun di luar aspek sepak bola, kemenangan Argentina kala itu dianggap sebagai balas dendam simbolis atas luka perang yang belum pulih sepenuhnya.

2. Kroasia vs Serbia

Kroasia dan Serbia dan dua negara yang pernah berada dalam federasi Yugoslavia. Setelah perang kemerdekaan yang brutal pada awal 1990-an, pertemuan antara timnas keduanya menjadi momen penuh ketegangan.

FIFA bahkan sempat menunda laga kualifikasi antara dua negara ini dan menurunkan pengamanan ketat untuk mencegah kekerasan antar suporter. Pertandingan mereka tidak pernah sekadar soal poin kualifikasi, tapi juga memori luka etnis dan politik yang masih membekas.

3. Iran vs Arab Saudi

Di Timur Tengah, rivalitas Iran dan Arab Saudi juga sarat nuansa geopolitik. Meski keduanya tak sering bertemu di ajang besar, setiap pertemuan di kualifikasi Piala Dunia atau Piala Asia sering diwarnai ketegangan diplomatik.

Kedua negara bersaing bukan hanya dalam olahraga, tetapi juga dalam pengaruh ideologis dan kepemimpinan kawasan. Sepak bola menjadi panggung perpanjangan dari persaingan strategis antara dua kekuatan besar di dunia Islam.

4. Amerika Serikat vs Iran

Rivalitas antara Amerika Serikat dan Iran pada Piala Dunia 1998 juga menyimpan makna politis. Dalam pertandingan yang disebut "mother of all football matches", para pemain Iran memberikan bunga kepada lawan sebagai simbol perdamaian sebelum laga dimulai.

Iran menang 2-1, kemenangan yang dirayakan secara luas sebagai simbol nasionalisme dan ketahanan di tengah sanksi dan tekanan internasional. Laga itu menjadi pelajaran tentang bagaimana sepak bola bisa tetap memancarkan pesan damai meski bayang-bayang permusuhan terus membayangi.

5. Barcelona vs Real Madrid

Laga bertajuk El Clasico ini kerap dipersepsikan sebagai pertarungan antara nasionalisme Katalan melawan sentralisme Castilia. Selama masa kediktatoran Franco, Barcelona dianggap sebagai simbol perlawanan diam, sementara Madrid diidentikkan dengan kekuasaan pusat. Hingga kini, El Clásico tetap menjadi pertandingan dengan muatan politik yang dalam.