JAKARTA – Penyederhanaan rantai pasok pangan pokok akan diwujudkan pemerintah melalui optimalisasi jaringan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih. Dengan dibentuknya Gerai Sembako yang melengkapi Koperasi Merah Putih, masyarakat dapat memperoleh pangan pokok kebutuhan sehari-hari dengan lebih ekonomis tanpa ada depresiasi kualitas.
"Pertama, ini untuk mempertegas bahwa permasalahan rantai pasok itu kalau di sembako, itu terlalu panjang, sehingga ini harus dipotong, harus ringkas," kata Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi usai menghadiri Rapat Koordinasi Satuan Tugas Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di Jakarta, Senin (30/6/2025).
"Tapi yang kita usulkan nanti ada kurasi produk terlebih dahulu oleh Gapoktan, jadi supaya produknya sesuai dengan spesifikasi kebutuhan Koperasi Merah Putih. Dari 6 tahapan bisa disederhanakan jadi 2 tahapan sampai masyarakat. Dengan itu, koperasi pun bisa membuahkan profit," ujar Arief.
Sebagai contoh, dalam rantai pasok perberasan, menyadur kajian Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Distribusi Perdagangan Komoditas Beras Tahun 2024, diperoleh pola perdagangan yang memperlihatkan saluran beras dari produsen sampai konsumen masih perlu melalui beberapa pihak. Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih diharapkan dapat mengintervensi pola perdagangan ini.
Dari pola yang terbentuk, produksi beras dari produsen kebanyakan didistribusikan ke pedagang grosir hingga mencapai 62,71 persen. Lalu 14,06 persen didistribusikan ke pedagang eceran dan hanya 10,85 persen didistribusikan langsung ke konsumen rumah tangga tanpa melalui pedagang perantara.
"Khusus Gerai Sembako, pasokannya kita siapkan dari petani, peternak, Gapoktan, dan juga dari BUMN, BUMD, swasta sampai kalangan asosiasi. Badan Pangan Nasional kemarin sudah mengumpulkan semua pemasok yang siap mendukung gagasan besar Bapak Presiden Prabowo ini," kata Arief.
Adapun pelaku usaha pangan yang hadir dalam Rakor Persiapan Gerai Sembako (26/6/2025) dan menyatakan komitmen mendukung antara lain Perum Bulog, ID FOOD, PT Berdikari, PT Sinergi Gula Nusantara, PT Food Station Tjipinang Jaya, Perumda Dharma Jaya, PT Charoen Pokphand Indonesia, dan PT Japfa Comfeed Indonesia. Sementara dari kalangan asosiasi antara lain PERPADI, PUSBARINDO, PINSAR, ADDI, dan GIMNI.
"Demi menjadikan Koperasi Merah Putih kompetitif, harga beli di pemasok dan harga jual ke konsumen harus dijaga sangat baik. Harganya tidak boleh di atas harga mini market modern, justru harus di bawahnya. Aspek digitalisasi juga harus dipastikan ada untuk inventory supaya bisa tahu penjualan sehari berapa, stock level berapa. Ini kita minta tolong Telkom untuk itu," urai Arief
Terkait komoditas pangan yang akan disediakan dalam Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, Arief katakan sebagai refleksi dari pelaksanaan Operasi Pasar Murah bersama PT Pos Indonesia selama Ramadan lalu, terdapat 3 komoditas pangan yang paling dicari-cari masyarakat. Koperasi Merah Putih akan dipastikan menyediakan hal tersebut.
"Berikutnya mengenai produk, minimal beras, minyak goreng, gula, tepung terigu, ini semua harus ada. Nanti yang paling banyak akan keluar, dari pengalaman kita saat Puasa Lebaran kemarin bersama PT Pos adalah minyak goreng, beras SPHP sama gula. Itu penjualannya yang best three," ungkap Arief.
"Kemudian beras SPHP juga nanti disalurkan melalui Koperasi Merah Putih. Kita fokus untuk Kopdes Merah Putih. Bapak Menko Pangan menginginkan operasi pasar murah di Koperasi Merah Putih. Jadi kalau masyarakat cari beras murah, itu ada di Koperasi Merah Putih. Minyakita juga kita upayakan ada," pungkas Arief.
Dengan pengoptimalan jaringan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih sebagai penyedia pangan pokok strategis yang terjangkau bagi masyarakat, dapat turut berperan sebagai peredam inflasi pangan. Inflasi pangan pun ke depannya diyakini dapat lebih landai dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
Secara rerata selama Januari-Mei, di 2025 ini merupakan inflasi pangan secara tahunan yang paling rendah dalam 4 tahun terakhir, yakni di 1,25 persen. Sementara rerata Januari-Mei 2024 tercatat paling tinggi di 8,75 persen. Lalu periode yang sama di 2023 di 5,63 persen dan 2022 di 4,08 persen.