Jakarta, Katakini.com - Mendaki gunung bukan sekadar aktivitas fisik atau gaya hidup petualang, tetapi juga menyangkut etika, keselamatan, dan keharmonisan dengan alam.
Di balik keindahan jalur pendakian dan puncak yang menakjubkan, terdapat banyak risiko yang mengintai jika pendaki tidak mematuhi aturan maupun nilai-nilai lokal yang berlaku.
Oleh karena itu, selain membawa perlengkapan yang memadai, seorang pendaki juga perlu memahami berbagai pantangan selama berada di gunung.
Pantangan ini bukan hanya mitos atau takhayul yang diwariskan dari generasi ke generasi, melainkan juga bentuk penghormatan terhadap lingkungan dan adat masyarakat sekitar gunung.
Di banyak tempat, gunung dianggap sebagai ruang sakral yang dihuni oleh berbagai makhluk, baik yang kasat mata maupun tidak. Sering kali, perilaku yang sembrono dianggap sebagai pemicu kecelakaan, hilangnya arah, bahkan peristiwa misterius yang sulit dijelaskan secara logika.
Gunung adalah tempat yang dijaga kesuciannya oleh masyarakat adat. Banyak pendaki percaya bahwa berkata jorok, mengeluh berlebihan, atau sembarangan bicara bisa mengundang hal buruk. Tidak sedikit kasus tersesat atau cuaca tiba-tiba memburuk yang dikaitkan dengan sikap tidak sopan selama pendakian.
Selain merusak lingkungan, membuang sampah di gunung juga dianggap sebagai bentuk tidak menghormati “penjaga alam”. Sampah yang dibuang sembarangan bisa mengganggu ekosistem dan bahkan memicu kejadian aneh atau kesialan bagi kelompok pendaki. Etika “leave no trace” sangat dianjurkan.
Salah satu pantangan paling tegas adalah memisahkan diri dari rombongan, terutama tanpa izin atau komunikasi. Banyak kasus pendaki hilang bermula dari keputusan untuk berjalan lebih dulu atau memisahkan diri. Gunung adalah tempat asing dan setiap pergerakan perlu dilakukan secara kolektif dan terencana.
Banyak pendaki yang tergoda mengambil bunga edelweis, batu, atau benda unik lainnya sebagai oleh-oleh. Namun, ini sangat dilarang baik secara ekologis maupun spiritual. Beberapa kisah menyebutkan pendaki yang mengalami gangguan setelah membawa turun benda dari gunung tanpa izin “penjaganya”.
Beberapa titik di gunung dianggap sakral oleh masyarakat setempat, seperti petilasan, batu besar, atau sumber mata air. Aktivitas seperti bercanda keterlaluan, merokok sembarangan, atau bahkan buang air kecil di tempat tersebut dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Pendaki dianjurkan menjaga sikap, terlebih jika melewati lokasi yang dianggap angker atau keramat.