Jakarta, Katakini.com - Turnamen Piala Dunia Antarklub kini menjadi panggung global paling prestisius bagi klub-klub juara dari seluruh benua. Meski dikenal luas sekarang, sejarah awal kompetisi ini jarang disorot.
FIFA memperkenalkan edisi pertamanya pada tahun 2000 di Brasil, menghadirkan delapan tim dari enam konfederasi. Corinthians sebagai tuan rumah sukses merebut gelar perdana setelah menumbangkan Vasco da Gama melalui adu penalti di Stadion Maracanã.
Namun ajang ini sempat terhenti. Seharusnya kompetisi berlanjut pada 2001 di Spanyol, tetapi batal karena sponsor utama, ISL, mengalami kebangkrutan.
Turnamen baru bisa dihidupkan kembali oleh FIFA lima tahun kemudian, tepatnya pada 2005 di Jepang, dengan format yang lebih sederhana—hanya melibatkan juara tiap benua dan satu tim tuan rumah.
Sejak itulah, Piala Dunia Antarklub menjadi pengganti resmi dari Piala Interkontinental yang dulunya hanya mempertemukan wakil Eropa dan Amerika Selatan.
FIFA menjadikan ajang ini sebagai upaya memperluas inklusivitas dan memberikan kesempatan bagi klub-klub dari Afrika, Asia, dan Amerika Utara untuk unjuk gigi di pentas dunia. Selain itu, nilai komersialnya juga menjadi daya tarik tersendiri.
Sejumlah klub elite dunia seperti Real Madrid, Barcelona, Bayern Munchen, hingga Liverpool telah menorehkan kejayaan di ajang ini. Sementara itu, tim dari konfederasi lain seperti Kashima Antlers dan Al Ahly mulai menarik perhatian berkat penampilan impresif.
Kini, FIFA siap membuka babak baru dalam sejarah Piala Dunia Antarklub. Untuk pertama kalinya, kompetisi ini akan diikuti oleh 32 klub dan digelar di Amerika Serikat mulai 2025.
Format ini mengikuti konsep turnamen antarnegara dan hanya akan diselenggarakan setiap empat tahun sekali, menjadikannya semakin megah dan dinanti.