• Gaya Hidup

Legenda Gunung Lewotobi, Gunung Api Kembar di NTT

M. Habib Saifullah | Kamis, 19/06/2025 17:15 WIB
Legenda Gunung Lewotobi, Gunung Api Kembar di NTT Gunung Lewotobi Laki-laki memuntahkan asap dan abu vulkanik (Foto: REUTERS)

Jakarta, Katakini.com - Gunung Lewotobi merupakan gunung kembar yang terletak di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Kedua puncaknya dikenal dengan sebutan Lewotobi Laki-Laki (1.584 mdpl) dan Lewotobi Perempuan (1.703 mdpl) yang berada sekitar 2 km saling berdekatan.

Secara geologis, Lewotobi merupakan strato-vulkan yang terbentuk oleh lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia, menyebabkan bentuk kerucut yang curam dan aktivitas vulkanik yang cukup intens.

Menurut catatan historis, Lewotobi Laki-Laki lebih aktif dibanding pasangannya. Sejak abad ke-19 hingga awal abad ke-21, puncak laki-laki tercatat pernah meletus berkali-kali: 1861, 1865, 1868–69, 1907–14, 1932–33, 1939–40, 1969–70, 1990–99, serta serangkaian letusan besar pada 2023–2025.

Dua Puncak Bermakna: Suami dan Istri

Masyarakat Lamaholot memandang Lewotobi tidak sekadar gunung, melainkan simbol pasangan suami–istri. Lewotobi Laki-Laki dan Lewotobi Perempuan diyakini asli dari Ile Bele, "Gunung Besar" legendari yang terbagi menjadi dua puncak sebagai penjelmaan hubungan kekerabatan antara dua suku: Puka dan Tobi.

Legenda menyebut masa lalu di mana suku Puka dan Tobi saling bersinergi untuk membangun gunung, hingga terbentuklah Lewotobi.

Ketika Lewotobi Laki-Laki meletus, masyarakat melihatnya sebagai pertanda ketidakharmonisan spiritual atau kekerabatan yang terguncang.

Untuk meredakannya, ritual Tuba Ile dijalankan oleh suku Puka, sebagai keturunan laki-laki dan dihadiri perwakilan dari enam suku lokal lainnya: Puka, Tobi, Kwuta, Wolo, Noba, dan Tapun.

Ritual ini berupa persembahan dan kurban agar jiwa leluhur tenang dan gunung kembali stabil.

Asal Usul dan Etimologi Nama

Nama Lewotobi berasal dari bahasa lokal. Dahulu gunung ini disebut Ile Bele "Gunung Besar" yang kemudian terpecah ke dalam istilah Ile Lake (Laki-Laki) dan Ile Wae (Perempuan).

Ketika nama tersebut diadaptasi, muncul istilah "Lewotobi" mengacu pada pasangan legenda dan pengaruh narasi spiritual terhadap masyarakat.

Setelah suku Puka mengalami perubahan status dengan kelahiran anak, istilah mame atau opu digunakan untuk menandai hubungan dengan suku Tobi yang semakin melembaga wakil ritual di penjaga spiritual Lewotobi.