• Sport

Bukan Sekadar Ban Lengan, Ini Sejarah Peran Kapten di Sepak Bola

Vaza Diva | Rabu, 18/06/2025 04:04 WIB
Bukan Sekadar Ban Lengan, Ini Sejarah Peran Kapten di Sepak Bola Sosok kapten Timnas Indonesia, Jay Idzes saat pertandingan melawan Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) (Foto: Ist)

Jakarta, Katakini.com - Dalam dunia sepak bola, sosok dengan ban lengan di lengan kirinya selalu mencuri perhatian. dialah sang kapten. Ia bukan hanya pemimpin tim secara simbolis, tetapi juga representasi dari jiwa kepemimpinan, integritas, serta semangat yang menginspirasi rekan-rekannya di lapangan.

Meski kini peran kapten tampak sebagai bagian tak terpisahkan dari sebuah tim, banyak yang belum mengetahui bagaimana peran penting ini pertama kali muncul dalam sejarah sepak bola.

Akar dari posisi kapten tim dapat ditelusuri ke Inggris pada abad ke-19, masa ketika sepak bola mulai diatur secara resmi dan berkembang sebagai olahraga modern.

Dalam masa-masa awal itu, para pemain secara kolektif menunjuk satu orang dari antara mereka untuk memimpin jalannya pertandingan. Tugasnya bukan sekadar memotivasi, tapi juga merancang strategi dan menjadi jembatan komunikasi antara pemain dan wasit — peran yang saat itu belum diemban oleh pelatih atau manajer seperti sekarang.

Konsep ini diadopsi dari tradisi militer dan olahraga lain seperti kriket, di mana kapten menjadi tokoh utama dalam menentukan jalannya permainan.

Salah satu referensi paling awal mengenai peran kapten datang dari pertandingan antar sekolah dan universitas di Inggris pada pertengahan tahun 1800-an.

Saat itu, pelatih belum memiliki peran yang dominan seperti sekarang, sehingga tanggung jawab strategi dan formasi diserahkan pada kapten tim.

Seiring berkembangnya sepak bola menjadi olahraga profesional, peran kapten pun berubah. Ia tidak lagi sekadar perwakilan strategi, tetapi menjadi simbol kepemimpinan moral dan etika tim.

Kapten kini menjadi suara utama dalam tim, baik dalam menghadapi wasit, menjaga semangat rekan setim, maupun mewakili klub dalam acara resmi.

Nama-nama legendaris seperti Franz Beckenbauer (Jerman), Roy Keane (Manchester United), Paolo Maldini (AC Milan), hingga John Terry (Chelsea) dikenal bukan hanya karena kemampuannya, tetapi juga karena kepemimpinan mereka sebagai kapten.

Mereka menjadi sosok yang diandalkan dalam momen krusial, baik dalam laga sengit maupun di ruang ganti.

Ban kapten yang dikenakan di lengan kiri bukan sekadar aksesori. Ia merupakan simbol otoritas dan tanggung jawab. Kapten biasanya menjadi satu-satunya pemain yang secara resmi diizinkan berbicara kepada wasit selama pertandingan.

Selain itu, dalam banyak kasus, kapten juga memimpin doa atau yel-yel sebelum laga dimulai, serta menjadi panutan dalam hal kedisiplinan dan sikap fair play.

Tugas lain yang tak kalah penting adalah menjadi jembatan komunikasi antara pemain dan pelatih. Kapten diharapkan mampu menyampaikan keluhan atau aspirasi rekan setim, serta memotivasi mereka di tengah tekanan laga besar.

Dalam konteks tim nasional, peran kapten lebih besar lagi. Ia bukan hanya pemimpin tim, tetapi juga wajah dari perjuangan sebuah negara.

Sosok seperti Diego Maradona saat memimpin Argentina di Piala Dunia 1986 atau Fabio Cannavaro saat membawa Italia juara pada 2006 menunjukkan bagaimana seorang kapten bisa menjadi simbol nasionalisme dan kebanggaan kolektif.

Tidak semua kapten adalah pencetak gol terbanyak atau pemain terbaik. Namun mereka biasanya adalah pemain paling konsisten, memiliki komunikasi yang baik, dan dihormati oleh seluruh tim.

Banyak klub dan tim nasional memilih kapten berdasarkan suara mayoritas dari pemain, atau atas keputusan langsung dari pelatih.