Jakarta, Katakini.com - Bulan Dzulhijjah dikenal sebagai salah satu bulan paling istimewa dalam Islam. Sepuluh hari pertamanya ialah hari-hari yang dipenuhi pahala dan ampunan.
Namun, tak sedikit umat Islam yang masih belum familiar dengan istilah “Tarwiyah”. Padahal, sejarahnya sangat erat kaitannya dengan ibadah haji dan kisah Nabi Ibrahim.
Nama “Tarwiyah” sendiri berasal dari kata rawa-yarwi, yang berarti "membekali diri dengan air" merujuk pada aktivitas jamaah haji zaman dahulu yang mempersiapkan diri di Mina sebelum wukuf di Arafah.
Apa Itu Puasa Tarwiyah?
Puasa Tarwiyah merupakan puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 8 Dzulhijjah, satu hari sebelum puasa Arafah. Ibadah ini tidak diwajibkan, namun dianjurkan sebagai bentuk cinta kepada Allah dan mengikuti amalan orang-orang saleh terdahulu.
Puasa ini menjadi lebih utama apabila dilakukan bersamaan dengan puasa Arafah (9 Dzulhijjah), sebagai satu rangkaian ibadah menjelang Idul Adha.
Secara hukum, mayoritas ulama memperbolehkan dan menganjurkan puasa ini meskipun derajat hadis tentang keutamaannya diperselisihkan. Kendati demikian, karena berada dalam 10 hari terbaik di bulan Dzulhijjah, maka tetap dianjurkan untuk melakukan amal saleh sebanyak mungkin, termasuk puasa.
Keutamaan (Fadilah) Puasa Tarwiyah
Meskipun tidak ada hadis yang benar-benar sahih secara sanad terkait keutamaan spesifik puasa Tarwiyah, beberapa riwayat menyebutkan bahwa puasa di hari Tarwiyah dapat menghapus dosa satu tahun.
Selain itu, puasa Tarwiyah juga menjadi momen persiapan spiritual sebelum menyambut puasa Arafah dan Hari Raya Idul Adha. Dengan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa, seseorang diajak untuk lebih fokus pada ibadah, introspeksi diri, serta memperbanyak doa dan dzikir.