Jakarta, Katakini.com - Dalam ajaran Islam, ihsan merupakan konsep yang sangat luhur dan menjadi salah satu pilar utama dalam menjalani kehidupan yang diridhai Allah SWT. Ihsan secara bahasa berarti berbuat baik atau melakukan sesuatu dengan sempurna.
Dalam konteks agama, maknanya lebih dalam, yaitu menjalani ibadah kepada Allah seolah-olah kita melihat-Nya, dan jika tidak mampu melihat-Nya, maka kita meyakini bahwa Dia senantiasa melihat kita. Pemahaman ini diambil dari hadis yang sangat populer, dikenal sebagai Hadis Jibril, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Ihsan merupakan tingkatan tertinggi dalam beragama setelah Islam dan iman. Dalam hadis tersebut, ketika Malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai apa itu ihsan, Nabi menjawab dengan sangat jelas bahwa ihsan adalah kesadaran spiritual yang mendorong seseorang untuk selalu memperbaiki amalannya, karena ia merasa selalu diawasi oleh Allah SWT.
Sifat ihsan bukan hanya berlaku dalam aspek ibadah ritual semata, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan hubungan antarmanusia. Seorang Muslim yang memiliki sifat ihsan akan memperlakukan orang lain dengan baik, adil, dan penuh empati.
Ia akan selalu berusaha memberikan yang terbaik, bahkan ketika tidak ada yang melihat atau menilai. Ihsan menjadi dasar dari akhlak mulia yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan diwariskan dalam banyak perilaku beliau sehari-hari.
Seseorang yang hidup dengan nilai ihsan akan terlihat dari sikap dan tindakannya yang konsisten. Ia beribadah dengan penuh kekhusyukan, bekerja dengan jujur, memperlakukan keluarganya dengan kasih sayang, serta memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Kesadaran bahwa Allah Maha Melihat mendorongnya untuk senantiasa bersikap benar, tidak curang, dan menjauhi keburukan meskipun kesempatan untuk melakukannya terbuka lebar. Ia menjadikan setiap aktivitas sebagai bagian dari pengabdian kepada Allah SWT.
Contoh nyata dari perilaku ihsan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh, bukan karena ingin mendapat pujian, tetapi karena ingin menunaikan amanah ilmu, telah menunjukkan ihsan.
Seorang pegawai yang bekerja dengan tanggung jawab dan tidak mengambil keuntungan dari kelengahan atasannya pun sedang berbuat ihsan. Bahkan seorang ibu rumah tangga yang dengan penuh cinta dan sabar mengurus keluarganya pun berada dalam jalan ihsan.
Dalam hubungan sosial, ihsan tercermin saat seseorang memilih untuk memaafkan kesalahan orang lain, membantu tetangga tanpa berharap imbalan, atau menjaga lisan dari menyakiti.
Al-Qur’an sendiri sangat menekankan pentingnya sifat ini. Dalam Surah An-Nahl ayat 90, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ihsan…”