Mengenal Sejarah Aksara Kawi dan Karakteristiknya

M. Habib Saifullah | Kamis, 29/05/2025 01:05 WIB
Mengenal Sejarah Aksara Kawi dan Karakteristiknya Ilustrasi aksara kawi (Foto: Wikipedia)

Jakarta, Katakini.com - Aksara Kawi merupakan salah satu peninggalan kebudayaan tertulis tertua di Nusantara yang mencerminkan kecanggihan peradaban masa lampau.

Berasal dari akar budaya India, aksara ini berkembang pesat di wilayah Jawa dan Bali pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.

Kata “Kawi” sendiri berasal dari bahasa Sanskerta kavi yang berarti “penyair” atau “orang bijak”. Hal ini menunjukkan bahwa aksara Kawi sejak awal sangat erat kaitannya dengan tradisi sastra dan intelektual.

Banyak prasasti dan karya sastra klasik dari masa kerajaan Mataram Kuno hingga Majapahit menggunakan aksara ini sebagai media penulisannya.

Secara historis, aksara Kawi muncul sekitar abad ke-8 Masehi. Menurut para ahli epigrafi, salah satu prasasti tertua yang menggunakan aksara Kawi adalah Prasasti Dinoyo (760 M) dari Kerajaan Kanjuruhan, Jawa Timur.

Dari sini, aksara Kawi terus berkembang dan mengalami berbagai modifikasi hingga akhirnya menurun dan melahirkan bentuk-bentuk aksara turunan seperti aksara Bali, aksara Sunda Kuno, dan aksara Jawa modern.

Aksara Kawi sendiri merupakan turunan dari aksara Pallawa, yang berasal dari India Selatan. Pallawa menyebar ke Asia Tenggara bersamaan dengan pengaruh kebudayaan dan agama Hindu-Buddha.

Transformasi dari Pallawa menjadi Kawi menunjukkan proses akulturasi budaya lokal Nusantara dengan budaya India, yang tidak hanya terjadi dalam agama dan seni, tetapi juga dalam sistem tulisan.

Karakteristik utama aksara Kawi adalah bentuknya yang angular namun tetap memiliki keindahan visual. Aksara ini bersifat abugida, yaitu sistem penulisan di mana setiap konsonan memiliki vokal inheren yang dapat diubah dengan tanda diakritik.

Dalam aksara Kawi, dikenal 33 huruf dasar, yang terdiri atas konsonan utama, vokal, dan berbagai tanda baca seperti tanda suku (sandhangan) dan tanda mati (pangkon).

Selain itu, aksara Kawi digunakan untuk menulis bahasa Sanskerta, Jawa Kuno (Kawi), dan kadang bahasa Bali Kuno. Kegunaannya sangat luas, mulai dari prasasti kerajaan, kitab keagamaan, hingga karya sastra seperti kakawin dan kidung.

Beberapa karya monumental yang ditulis dalam aksara dan bahasa Kawi antara lain Kakawin Arjunawiwaha, Sutasoma, dan Nagarakretagama.

Menariknya, dalam aksara Kawi tidak dikenal huruf kapital seperti dalam alfabet Latin. Namun, terdapat variasi gaya dalam penulisan yang digunakan untuk menandai pentingnya sebuah teks atau nama, misalnya dengan ukiran yang lebih rumit atau hiasan tambahan di awal baris.