Jakarta, Katakini.com - Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Wamendes PDT), Ahmad Riza Patria menegaskan bahwa penutupan Program Nusatani bukanlah akhir, melainkan awal baru dalam membangun desa tertinggal secara berkelanjutan. Hal ini disampaikan dalam acara Sumba Barat Bercerita, pada Sabtu (24/5) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Wamendes PDT mengatakan pentingnya kolaborasi dalam pembangunan desa. Ia menyatakan bahwa pembangunan yang bermakna harus berangkat dari kekuatan masyarakat, dan hanya dapat berhasil melalui kerja sama lintas sektor.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi adalah kunci,” Kata Wamendes PDT.
Acara Sumba Barat Bercerita merupakan forum kolaboratif yang digagas oleh Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Dirjen PPDT), Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendesa PDT), bersama organisasi internasional SurfAid dan Kedutaan Besar Selandia Baru.
Forum ini menjadi penutup resmi Program Nusatani yang sejak 2019 telah berkontribusi dalam pembangunan di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
Program Nusatani hadir dengan pendekatan Nutrition-Sensitive Agriculture (NSA), yakni strategi yang memaksimalkan hasil pertanian untuk mendukung gizi keluarga dan ketahanan pangan.
Pendekatan ini tidak hanya fokus pada hasil panen, tetapi juga memperhatikan sanitasi, air bersih, dan edukasi masyarakat.
“Ini bukan semata program bantuan, tapi upaya membangun fondasi agar desa bisa tumbuh mandiri, tangguh, dan berdaya saing,” ujar Riza.
Selama lima tahun pelaksanaan, Program Nusatani telah menunjukkan hasil yang signifikan. Di antaranya adalah kontribusi terhadap penurunan angka stunting sebesar lima persen per tahun, pembangunan 892 sarana air bersih dan sanitasi, serta pembentukan 64 unit ekonomi desa yang terdiri dari kelompok tani, BUMDes, dan pelaku usaha mikro.
Lebih lanjut, dampaknya dirasakan langsung oleh lebih dari 84 ribu warga, termasuk perempuan, anak-anak, petani, dan kader kesehatan desa.
Riza Patria mengungkapkan kebanggaannya terhadap para champion desa yang menjadi penggerak perubahan di masyarakat. Menurutnya, mereka bukan sekadar penerima manfaat, tetapi agen perubahan yang membuktikan bahwa pembangunan dapat dimulai dari langkah-langkah kecil seperti kebun rumah, kolam ikan, dan sumur air bersih.
Program Nusatani menjadi bagian dari 12 Rencana Aksi Kemendesa PDT yang mencakup sektor pangan, energi, digitalisasi, industri, tata kelola, lingkungan, serta peran pemuda dan investasi. Rencana aksi ini dirancang untuk menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan pilar utama pembangunan nasional.
Meski program telah resmi ditutup, Pemerintah Kabupaten Sumba Barat bersama masyarakat akan melanjutkan tongkat estafet pembangunan yang telah dimulai.
Pemerintah pusat berjanji untuk menjadikan hasil dan pelajaran dari Program Nusatani sebagai referensi dalam merancang kebijakan pembangunan desa yang lebih inklusif dan tajam sasaran.
“Dari Sumba Barat, kita telah membuktikan bahwa pembangunan dari bawah bukan hanya mungkin, tetapi nyata dan berhasil. Semangat kolaborasi ini harus terus hidup demi masa depan Indonesia yang lebih adil dan merata,” tutup Riza Patria.