• Sport

Duel Panas MU vs Tottenham di Final Liga Europa, Siapakah yang Akan Mengukir Sejarah?

Vaza Diva | Selasa, 20/05/2025 05:01 WIB
Duel Panas MU vs Tottenham di Final Liga Europa, Siapakah yang Akan Mengukir Sejarah? Ruben Amorim, Pelatih Manchester United (Foto: jabar.id)

Jakarta, Katakini.com - Final Liga Europa 2025 akan menjadi momen yang sangat dinantikan oleh para pencinta sepak bola Inggris, ketika dua raksasa Premier League, Manchester United dan Tottenham Hotspur, saling berhadapan di Bilbao.

Tak hanya trofi bergengsi yang diperebutkan, tetapi juga tiket emas menuju Liga Champions musim depan, sesuatu yang dapat menjadi pelipur lara atas performa buruk mereka di kompetisi domestik.

Saat ini, Manchester United yang diasuh oleh Ruben Amorim terdampar di posisi ke-16 klasemen Premier League, sementara Tottenham bahkan satu tingkat di bawah mereka di peringkat ke-17. Kekalahan yang kembali mereka derita pada laga Jumat malam lalu makin menegaskan keterpurukan kedua tim di liga domestik. Namun, di pentas Eropa, mereka justru tampil bagaikan tim yang berbeda.

Perjalanan Manchester United di kompetisi ini cukup mengesankan dengan menyingkirkan dua wakil Spanyol – Real Sociedad dan Athletic Bilbao. Di sisi lain, Tottenham juga menunjukkan ketangguhan dengan mengeliminasi Eintracht Frankfurt dan tim kejutan asal Norwegia, Bodo/Glimt, di semifinal.

Musim ini, kedua tim juga telah saling berhadapan dalam laga dramatis, termasuk saat Spurs menang 4-3 di perempat final Piala Liga Inggris. Jika final kali ini menyuguhkan duel serupa, maka pertandingan tersebut berpotensi menjadi salah satu final terbaik dalam sejarah kompetisi.

Sebagai kilas balik, mari menengok kembali beberapa final Liga Europa, maupun di era sebelumnya saat bernama Piala UEFA – yang dikenang sebagai pertandingan paling epik sepanjang masa.

Tahun 2015 menjadi saksi keperkasaan Sevilla yang memperkuat status mereka sebagai ‘raja’ Liga Europa modern. Dalam final di Warsawa melawan Dnipro Dnipropetrovsk, klub Ukraina yang hanya empat tahun kemudian dibubarkan, Sevilla harus bekerja keras setelah Nikola Kalinic membuka skor lebih dulu.

Dua gol kilat dari Grzegorz Krychowiak dan Carlos Bacca membalikkan keadaan, sebelum Ruslan Rotan menyamakan kedudukan lewat tendangan bebas indah. Namun, Bacca kembali mencetak gol di menit ke-73 untuk mengunci kemenangan Sevilla dan mengantarkan mereka ke Liga Champions, berkat aturan baru kala itu.

Pada tahun 2002, Feyenoord menjadi tuan rumah di final yang digelar di stadion mereka sendiri. Menghadapi Borussia Dortmund, tim Belanda tampil impresif dengan Pierre van Hooijdonk mencetak dua gol cepat.

Meski Dortmund sempat memperkecil kedudukan lewat penalti Marcio Amoroso, Feyenoord kembali unggul berkat gol Jon Dahl Tomasson. Dortmund memperkecil skor lagi melalui Jan Koller, namun Feyenoord mampu bertahan untuk meraih gelar Eropa setelah 28 tahun puasa.

Final satu leg pertama dalam sejarah UEFA Cup terjadi pada 1998 antara dua klub Serie A, Inter Milan dan Lazio. Inter menang telak 3-0 lewat gol-gol dari Ronaldo, Javier Zanetti, dan Ivan Zamorano, dalam laga penuh warna yang dihiasi dengan dua kartu merah. Kemenangan ini menandai gelar ketiga Inter dalam delapan tahun.

Musim 2002-2023 menghadirkan nama Jose Mourinho ke panggung Eropa, saat membawa Porto menjuarai UEFA Cup setelah menaklukkan Celtic di Seville. Pertandingan berjalan ketat dan dramatis, hingga akhirnya Derlei mencetak gol kemenangan di masa perpanjangan waktu.

Sementara itu, comeback paling luar biasa terjadi pada 1988 saat Bayer Leverkusen membalikkan defisit tiga gol dari leg pertama melawan Espanyol. Setelah menyamakan agregat, pertandingan berlanjut ke adu penalti yang dimenangkan oleh Leverkusen, gelar Eropa pertama dan satu-satunya mereka hingga kini.

Tahun 1989 menjadi momen bersejarah bagi Napoli. Dengan Diego Maradona sebagai bintang utama, klub Italia ini menaklukkan Stuttgart dalam dua leg final penuh drama. Gol-gol dari Careca dan Ciro Ferrara membantu Napoli menahan gempuran di leg kedua dan akhirnya meraih trofi Eropa perdana mereka.

Namun, tak ada yang bisa menandingi final edan tahun 2001 antara Liverpool dan Alaves. Pertandingan sembilan gol itu dihiasi dua kartu merah, satu penalti, satu own goal, dan diakhiri oleh aturan golden goal satu-satunya final besar Eropa yang ditentukan dengan aturan itu. Liverpool akhirnya menang 5-4, sekaligus melengkapi treble musim itu: FA Cup, Piala Liga, dan UEFA Cup.

Kini, publik menanti apakah final Manchester United vs Tottenham di Bilbao akan menambah daftar laga legendaris tersebut. Dengan sejarah panjang dan persaingan ketat musim ini, bukan tak mungkin dunia akan menyaksikan salah satu final paling berkesan dalam sejarah Liga Europa.