• Bisnis

Sinergi Kampus-Pemerintah, Kunci Ketahanan Pangan Berkelanjutan

Eko Budhiarto | Minggu, 11/05/2025 09:51 WIB
Sinergi Kampus-Pemerintah, Kunci Ketahanan Pangan Berkelanjutan Direktur Pengendalian Kerawanan Pangan NFA, Sri Nuryanti (foto:NFA)

YOGYAKARTA – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menegaskan pentingnya peran aktif akademisi dalam membangun ketahanan pangan nasional melalui pendekatan kolaboratif berbasis pentahelix. Penegasan ini disampaikan oleh Direktur Pengendalian Kerawanan Pangan NFA, Sri Nuryanti, dalam kegiatan Sharing Session bertema "Kontribusi Akademisi dalam Pentahelix Pembangunan Ketahanan Pangan", yang digelar di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

“Bagi saya pribadi, kembali ke kampus ini selalu membawa kebanggaan tersendiri. UGM bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga tempat saya pertama kali belajar memahami kompleksitas isu pangan dari perspektif yang lebih luas,” ujar Sri Nuryanti yang juga alumnus UGM, dikutip Minggu (11/5/2025).

Ia menekankan bahwa kontribusi perguruan tinggi tidak cukup berhenti pada tataran teori, tetapi harus diwujudkan melalui aksi nyata di masyarakat.

“Sinergi antara akademisi dan pemerintah adalah jembatan penting untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkeadilan dan berkelanjutan,” tambahnya.

Dalam paparannya, Sri Nuryanti juga mengulas berbagai indikator ketahanan pangan nasional, seperti Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA), Prevalence of Undernourishment (PoU), dan Food Insecurity Experience Scale (FIES). Ketiga indikator ini menunjukkan tantangan besar yang dihadapi bangsa, mulai dari kerentanan wilayah, keterbatasan akses pangan, hingga dampak perubahan iklim.

“Saya percaya keterlibatan aktif civitas akademika—baik dosen maupun mahasiswa—dalam riset, pengabdian masyarakat, dan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) akan memberikan kontribusi signifikan terhadap penguatan sistem pangan nasional, khususnya di wilayah-wilayah rawan pangan,” tegasnya.

Guru Besar Fakultas Pertanian UGM, Prof. Subejo, mengapresiasi kehadiran NFA yang membuka ruang dialog antara dunia akademik dan pelaksana kebijakan.

“Forum seperti ini memperkuat relevansi antara teori yang kita ajarkan di ruang kelas dengan dinamika dan kebutuhan nyata di lapangan,” ungkapnya.

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, dalam kesempatan terpisah menyampaikan bahwa kolaborasi dengan kampus merupakan bagian penting dalam membangun ekosistem pangan nasional yang terintegrasi.

“Ketahanan pangan adalah isu strategis lintas sektor. Peran perguruan tinggi sangat penting dalam menyediakan data, riset, dan inovasi berbasis sains yang dapat langsung diterapkan di lapangan. Sinergi ini harus terus diperkuat agar kebijakan yang dilahirkan benar-benar berdampak pada masyarakat,” ujar Arief.

Lebih lanjut, Sri Nuryanti menyampaikan bahwa forum ini juga mengungkap kesenjangan antara teori kebijakan dan praktik implementasi di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan ruang-ruang diskusi lintas sektor untuk memperkuat komunikasi, informasi, dan edukasi di antara lima unsur utama pentahelix: pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media.

“UGM mengajarkan saya untuk tidak hanya berpikir kritis, tetapi juga membumikan ilmu pengetahuan demi kemaslahatan masyarakat. Hari ini, saya merasa terhormat bisa kembali ke almamater untuk berbagi dan sekaligus belajar dari generasi penerus,” pungkasnya.

Sebagai bentuk komitmen, NFA terus mendorong kemitraan strategis dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Langkah ini menjadi bagian dari upaya membangun sistem pangan nasional yang tangguh, inklusif, dan berbasis pada bukti ilmiah.