Katakini.com - Dalam Islam, penentuan awal Ramadan memiliki peranan penting karena menandai dimulainya ibadah puasa bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Salah satu metode utama yang digunakan dalam menentukan awal bulan Ramadan ialah pengamatan hilal, yaitu bulan sabit muda yang muncul setelah matahari terbenam pada akhir bulan Sya’ban.
Keberadaan hilal menjadi penentu awal bulan hijriyah, termasuk Ramadan, Syawal, dan bulan-bulan lainnya dalam kalender Islam.
Tradisi pengamatan hilal ini didasarkan pada syariat Islam dan telah dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW sendiri mengajarkan umatnya untuk menentukan awal bulan Ramadan dan Syawal dengan melihat hilal. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:
"Berpuasalah kalian karena melihat hilal, dan berbukalah kalian karena melihat hilal. Jika kalian terhalang oleh mendung, maka sempurnakanlah hitungan bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis tersebut, jelas bahwa penentuan awal Ramadan tidak semata-mata menggunakan perhitungan kalender, tetapi lebih mengandalkan pengamatan visual terhadap hilal. Lalu, mengapa hilal menjadi dasar utama dalam menentukan Ramadan?
Berikut adalah beberapa alasan ilmiah dan syariat yang melatarbelakanginya.
Hilal Menjadi Tanda Alamiah dalam Kalender Hijriyah
Islam menggunakan kalender Hijriyah, yang didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi. Setiap bulan dalam kalender Hijriyah berdurasi sekitar 29 atau 30 hari, tergantung pada apakah hilal sudah terlihat atau belum pada hari ke-29.
Jika hilal terlihat setelah matahari terbenam, maka keesokan harinya sudah memasuki bulan baru, termasuk bulan Ramadan. Jika hilal belum terlihat, maka bulan yang sedang berjalan disempurnakan menjadi 30 hari.
Karena sifatnya yang konstan dan dapat diamati, hilal menjadi tanda alami yang digunakan umat Islam untuk menentukan awal bulan baru tanpa bergantung pada sistem penanggalan buatan manusia.
Sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW
Dalam ajaran Islam, metode rukyatul hilal (melihat bulan sabit pertama) telah digunakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Dalam beberapa hadis, Rasulullah SAW menegaskan bahwa awal bulan Ramadan dan Syawal ditentukan berdasarkan penglihatan hilal, bukan dengan sekadar menghitung hari secara matematis.
Meskipun saat ini sudah ada metode hisab (perhitungan astronomi) yang dapat memperkirakan posisi bulan dengan akurat, banyak ulama yang tetap mempertahankan rukyatul hilal sebagai metode utama karena merupakan bagian dari sunnah Rasulullah.
Hilal Adalah Bukti Fisik yang Bisa Diamati Secara Langsung
Salah satu keunggulan metode rukyatul hilal adalah hilal dapat dilihat secara langsung oleh mata manusia atau menggunakan teleskop. Ini berbeda dengan metode hisab, yang hanya menghasilkan perkiraan teoretis berdasarkan perhitungan ilmiah.
Dengan pengamatan langsung, umat Islam memiliki bukti nyata bahwa bulan baru telah dimulai, sehingga tidak ada keraguan dalam menjalankan ibadah puasa. Dalam praktiknya, banyak negara Islam yang mengirim tim rukyatul hilal ke berbagai lokasi strategis untuk melakukan pengamatan dan memastikan kapan awal Ramadan dimulai.