• Bisnis

Mimpi BTN `Merumahkan` Generasi Milenial

Pamudji Slamet | Senin, 24/02/2020 23:15 WIB
Mimpi BTN `Merumahkan` Generasi Milenial Ilustrasi Generasi Milenial

Jakarta. Katakini.com - Arlina bimbang, apakah melanjutkan sewa apartemen atau membayar uang muka rumah. Hati kecilnya ingin membeli rumah, tapi entah kenapa berat untuk mengeksekusinya.

Kebimbangan profesional muda sebuah perusahaan multinasional tersebut adalah masalah transportasi. Kalau sewa apartemen, masalah transportasi menuju tempat kerja, beres. Tapi kalau beli rumah,  entah lah. Dia ragu, lokasi rumah yang jauh dari tempat kerja, bakal membebaskannya dari masalah transportasi.

Arlina hanya lah satu dari sekian banyak generasi milenial, yang terjebak dalam kebimbangan saat hendak membeli rumah. Tak hanya lajang,  generasi milenial yang baru memulai biduk rumah tangga pun terjebak dalam kebimbangan serupa. Mereka butuh kepastian bahwa lokasi rumah yang akan dibeli benar-benar memudahkan aksesibilitas menuju tempat kerja.

Mengutip hasil survei portal properti Lamudi, aksesibilitas hanya salah satu dari beberapa pertimbangan generasi milenial sebelum membeli rumah. Survei kepada 100 pasangan milenial tersebut mengungkap tiga pertimbangan utama mereka sebelum membeli rumah.

Pertama, mereka menginginkan hunian dekat dengan sarana infrastruktur, seperti pintu tol, terminal bis ataupun stasiun kereta api.

"Tak mengapa membeli rumah jauh dari pusat kota Jakarta, asalkan di sekitar lokasi perumahan terdapat sarana infrastruktur yang memadai,"  ujar Mart Polman, Managing Director Lamudi.

Kedua, mereka membutuhkan hunian yang sudah terkoneksi dengan internet. Bagi mereka kehadiran internet saat ini sudah menjadi kebutuhan,  baik untuk bekerja ataupun mencari hiburan.    

“Saat ini masyarakat kita sudah sangat tergantung dengan koneksi internet. Jadi sudah sewajarnya jika saat ini setiap perumahan memiliki koneksi internet,” kata Polman.

Ketiga, lanjut Polman,  adalah luas rumah. Dari hasil survei diketahui, bahwa generasi milenial, khususnya yang baru berumahtangga mengincar rumah tipe kecil dan sedang, dengan dua kamar tidur. Mereka tidak meminati rumah tipe besar karena terlalu repot untuk mengurusnya.   

Karakteristik produk hunian yang didambakan generasi milenial, terutama ukuran luas rumah, sejalan dengan pasar yang sedang ditekuni oleh Bank BTN. Direktur Utama Bank BTN Pahala N Mansury menyatakan, pihaknya fokus ke Kredit Pemilikian Rumah (KPR)  perumahan kecil dan menengah.

"Ini pasar yang masih tumbuh. (Apalagi) ada 3.000 pengembang yang masuk ke segmen tersebut," kata Pahala.

Bahkan, lanjut dia, segmen itu sudah digarap BTN sejak 1976. Artinya, bank yang menjadi ikon produk KPR tersebut, sangat menguasai segmen hunian kecil dan menengah.

Sejatinya, keputusan BTN fokus kepada KPR perumahan kecil dan menengah, dengan generasi milenial sebagai pasar utama, cukup logis dan rasional. Sebab, masa keemasan KPR kini ada di tangan milenial. Kenapa? karena populasi penduduk Indonesia terbesar ada di rentang usia mereka.

Dalam pandangan CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda,  generasi milenial merupakan pasar tak terelakkan.

"Pasar gemuk milenial terdiri atas orang-orang yang saat ini berusia 26 tahun sampai 35 tahun. Itu angkanya mulai naik," tutur Ali  di Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Menurut data yang dia miliki,  sejak 2014 sampai 2018, dominasi pembelian rumah tapak oleh generasi milenial meningkat 10 persen. Bahkan, pada 2018, pangsa pasar usia ini mencapai 30 persen pada rumah tapak kurang dari 21 meter persegi.

"Dominasi pembelian rumah tapak 22 meter persegi sampai dengan 70 meter persegi di usia 26 tahun sampai 35 tahun, mengalami peningkatan dibandingkan generasi lebih dari usia 35 tahun," jelas Ali.

Tentunya, terlalu mahal bagi BTN untuk melepas pasar milenial. Ini pula alasan perseroan untuk memaksimalkan produk KPR Gaess.

Produk tersebut menjadi perhatian manajemen BTN karena sasarannya adalah generasi yang lahir tahun 1981-2000. Berdasarkan riset Badan Pusat Statistik, generasi ini merupakan 34% atau 83 juta jiwa dari total jumlah penduduk pada 2020.

Menurut Pahala, segmen ini menjadi ceruk pasar yang menjanjikan bagi perbankan. Sebab, sebagian besar milenial merupakan golongan kelas menengah yang menjadi penggerak ekonomi bangsa.

“Untuk itu kita perlu melakukan edukasi dan inovasi, serta meracik program dan produk yang memenuhi selera milenial,” kata Pahala.

Lewat racikan program dan produk itu lah, BTN ingin mewujudkan mimpi `merumahkan` generasi milenial.

 

FOLLOW US