Trump Klaim AS Eksportir Energi Dunia, Begini Fakta Sebenarnya

| Selasa, 17/09/2019 19:07 WIB
Trump Klaim AS Eksportir Energi Dunia, Begini Fakta Sebenarnya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Washington, DC, 1 Agustus 2019. (Foto: AFP)

Washington - Klaim Donald Trump yang menyebut Amerika Serikat (AS) eksportir energi dan tidak perlu lagi mengimpor minyak dari Timur Tengah adalah omong kosong.

Pada Senin (16/9) mengunggah beberapa unggahan tentang serangan baru-baru ini pada kilang terbesar di dunia di Arab Saudi, yang memangkas sekitar setengah dari produksi minyak kerajaan dan menyebabkan harga minyak global melonjak.

Memuji AS sebagai "Penghasil Energi Nomor Satu di Dunia", Trump menyiratkan, Washington kebal terhadap konsekuensi dari serangan dahsyat terhadap perusahaan minyak negara Arab Saudi Aramco.

"Karena kami telah melakukan dengan sangat baik Energi selama beberapa tahun terakhir (terima kasih, Tuan Presiden!), Kami adalah Eksportir Energi, & sekarang Produsen Energi Nomor Satu di Dunia," tulis Trump.

"Kami tidak membutuhkan Minyak & Gas Timur Tengah, & pada kenyataannya hanya ada sedikit tanker di sana, tetapi akan membantu Sekutu kami!" sambungnya.

Klaim tersebut bertentangan dengan data pemerintah AS sendiri, yang menunjukkan bahwa meskipun AS menjadi produsen besar minyak dan gas berkat pengeboran berbasis teknologi yang diluncurkan lebih dari satu dekade lalu, ia masih mengimpor sejumlah besar minyak mentah dan produk minyak bumi dari wilayah Teluk Persia pada 2019.

Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan terakhir pada tahun lalu, AS mengimpor sekitar 9,93 juta barel minyak bumi per hari dari sekitar 86 negara, yang 78 persennya adalah minyak mentah.

Menariknya, Arab Saudi adalah penyedia minyak terbesar kedua untuk AS, menjualnya sekitar 900.000 barel per hari. Irak berada di peringkat kelima dalam daftar dengan sedikit lebih dari setengah juta barel per hari.

Selanjutnya, Kanada berada di puncak daftar dengan menjual rata-rata 4,28 juta barel per hari ke AS.

AS menghasilkan sekitar 12 juta barel minyak per hari tetapi mengkonsumsi 20 juta barel per hari, yang berarti bahwa ia perlu mengimpor sejumlah besar untuk memenuhi kebutuhannya.

Arab Saudi adalah pengekspor minyak terbesar di dunia dengan mengirimkan sekitar 7 juta barel minyak mentah setiap hari di seluruh dunia, lapor Reuters.

"Pada umumnya, kami masih mengimpor sedikit dan tidak sepenuhnya kebal terhadap pasar dunia," Jean-François Seznec, seorang rekan senior di Atlantic Energy Council Center Global, mengatakan kepada wartawan, Senin.

Phillip Cornell, anggota senior Dewan lainnya, yang juga bekerja untuk Aramco sebagai penasihat, menyebut cuitanTrump sebagai "omong kosong."

"Dia pria yang suka hiperbola," kata Cornell.

Ketergantungan AS pada minyak Timur Tengah bukan hanya tingkat konsumsi yang tinggi. Beberapa kilang utama di AS juga disiapkan untuk bekerja dengan jenis minyak mentah yang berasal dari negara-negara di kawasan itu.

Sebagai contoh, Aramco Arab Saudi yang memiliki setengah dari kilang minyak terbesar Amerika, Motiva Enterprises LLC di Texas, paling cocok digunakan dengan minyak mentah Saudi.

Ada kilang lain di AS, terutama di California, yang terletak jauh dari ladang minyak besar dan karenanya bergantung pada kargo yang berasal dari negara lain.

EIA menyatakan, pada 2018, AS mengimpor rata-rata 48 juta barel minyak mentah dan produk minyak bumi dari wilayah Teluk Persia, sepertiga turun dari satu dekade lalu tetapi masih sekitar tingkat yang sama seperti pada 1995 dan 1996.

Kemudian pada hari Senin, Trump mengunggah ulang sebuah pos Gedung Putih yang membual produksi minyak di negara bagian New Mexico naik 110 persen.

FOLLOW US