• Bisnis

Bayar Utang, Papua Nugini Minta Bantuan China

| Rabu, 07/08/2019 14:58 WIB
Bayar Utang, Papua Nugini Minta Bantuan China Perang Dagang,Amerika Serikat,China,Mata Uang

Port Moresby, Etoday.com - Papua Nugini mengajukan permintaan kepada China, untuk membiayai kembali utang negara sebesar 27 miliar kina atau US$8 miliar.

Pengajuan ini berpeluang membuat Amerika Serikat (AS) dan Australia marah, mengingat kedua negara itu sedang berusaha memperkuat pengaruhnya di kawasan Pasifik.

"Dia menyatakan bahwa surat resmi akan diteruskan ke duta besar untuk disampaikan ke Beijing untuk permintaan ini," demikian pernyataan kantor Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape pada Rabu (7/8).

"Dia menyarankan Bank PNG (Papua Nugini) dan Bank China akan memimpin, di mana Departemen Keuangan sedang memastikan bahwa konsultasi sedang berlangsung," lanjut dia.

Sejak menjadi perdana menteri, Marape bersumpah untuk memerangi korupsi endemik di negaranya dan menyeimbangkan kembali hubungan negara itu dengan sekutu, serta perusahaan multinasional yang mengeksploitasi sumber daya mineral PNG.

Menurut pernyataannya, Marape mendesak Beijing untuk membuat perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara kepulauan Pasifik, dan menyarankan agar China meningkatkan investasinya di sektor kehutanan, perikanan, dan sumber daya PNG.

Duta Besar China Xue Bing menyuarakan keprihatinan atas pertemuan para pemimpin Forum Kepulauan Pasifik yang akan diadakan di Tuvalu, yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, dan mengundang Marape untuk mengunjungi China.

Sementara Direktur Program Lowy Institute Pacific, Jonathan Pryke mengatakan kepada AFP bahwa permintaan ke Beijing tepat setelah Australia meluncurkan karpet merah untuk Marape. Kebijakan kemungkinan akan membuat Canberra dan Washington marah, ketika mereka berusaha untuk melawan pengaruh China di Pasifik.

"Jika (China) merestrukturisasi semua hutang PNG, mereka akan menjadi kreditor tunggal terbesar bagi PNG dan itu akan memberi mereka jumlah leverage yang besar atas PNG," katanya.

"Kami tidak punya indikasi bahwa China akan bersedia melakukan ini, tetapi jika mereka melakukannya, saya berharap mereka akan meminta beberapa konsesi yang cukup kuat."

Keywords :

FOLLOW US